Kamis, 28 November 2013

“Quo Vadis Penulis Indonesia di Era Digital” Musyawarah Nasional Forum Lingkar Pena Ke- 3, Denpasar, Bali 29 s/d 1 September 2013




Era globalisasi terus mengalami perubahan seiring penemuan teknologi yang berkembang sekaligus menawarkan memudahkan seseorang memeroleh informasi yang cepat dan akurat. Perubahan paling signifikan adalah sector komunikasi dan media cetak. Umumnya  media massa (Koran, majalah dan sejenisnya) dalam bentuk lembaran, kini dengan kemajuan teknologi maka era digitalisasi telah merambah ke media cetak.  Dengan diperkenalkan buku elektornik (e-book) dan Majalah digital (e-magezine) yang diakses menggunakan faailitias internet.  Sehingga dengan mudah dan cepat, pembaca dapat langsung mengakses tanpa direpotan dengan lembaran demi lembaran.  Kemudahan, kecepatan dan fleksibilitas yang ditawarkan oleh media digital perlahan namun pasti memengaruhi pada dunia percetakan.  Demikian yang disampaikan Setiawati Intan Savitri selaku ketua FLP Pusat pada saat Pembukaan MUNAS Ke-3  yang dirangkaikan dengan Seminar Umum yang bertajuk “Quo Vadis Penulis Indonesia di Era Digital”
Lebih lanjut intan mengatakan Musyawarah nasional  merupakan pertemuan yang menghasilkan keputusan produktif untuk organisasi penuis, pembaca dan aktivis literasi.  “Dengan mengampanyekan budaya membaca dan menulis serta menyemarakkan pembukuan di Indonesia. Kini tercatat 2000 anggota FLP yang tersebar di seluruh Indonesia. Kuantitas ini  harus dibarengi dengan kualitas menulis dan berkarya”, ujar Intan Savitri.  FLP juga mendorong, peserta didik, remaja, kaum perempuan dan kaum dhuafa untuk mencintai membaca dan menulis, karena keduanya merupakan saudara kembar yang tak terpisahkan.  Dan menulis   Selain itu membaca dan menulis merupakan jendela dunia serta Pintu peradaban.
Forum lingkar Pena adalah organisasi kepenulisan yang didirikan di Jakarta 1998 oleh Helvy Tiana Rosa, Maimoon Herawati dan Asma Nadia serta beberapa rekan dari Universitas Indonesia yang peduli terhadap minimnya literasi yang dihasilkan oleh Bangsa Indonesia.  Maka sejak saat itu Forum lingkar Pena terbentuk dengan melahirkan karya-karya fenomenal.  Helvy Tiana Rosa (HTR) didaulat sebagai Ketua FLP Pusat. 
Kalimantan Timur merupakan wilayah pertama yang bergabung dalam FLP, yakni sejak tahun 1998.  Berpusat di Bontang, Muthi Masfuah berupaya melahirkan penulis-penulis muda di luar Pulau Jawa.  Maka pada tahun 2002, Antalogi Tarian Sang Hudoq merupakan bukti keseriusan FLP Wilayah Kalimantan Timur memberikan sumbangsih literasi untuk Indonesia.
Munas FLP pertama diadakan di Kota Jogjakarta, kala itu M. Irfan Hidayatullah mendapat mandat menggawangi Ketua Umum FLP menggantikan HTR.  Dilanjutkan di Kota Surakarta, Setiawati Intan Savitri menggantikan ketua umum sebelumnya. Tahun 2013, Kembali Forum Lingkar Pena megeliatkan Munas ketiga yang  berlangsung di Kota Denpasar.  Dalam Munas kali ini, pesertanya merupakan delegasi dari 31 Wilayah se-Indonesia termasuk pengurus-pengurus cabang pun diundang. Delegasi FLP Hongkong dan Saudi Arabia dalam perhelatan akbar ini.
Munas ke-3 menghadirkan pendiri FLP, Maimoon Herawati dan Dewan Penasehat antara lain;, Gol A Gong, Habiburrahman El Shirazy, Muthi Masfuah.  Turut hadir staf KEMENINFO, M. Mabrury dan Perwakilan Gubernur Bali adalah Ida Bagus putu Kuswara.   
Dalam sambutan Gubernur Bali mengucapkan selamat datang para peserta FLP ke Pulau dewata ini, sekaligus menikmati eksotiknya panorama di sunset di kuta Beach. “Bahwa dahulu raja-raja Bali memberikan lahan kepada kaum muslim untuk mendirikan mesjid.  Sehingga melahirkan Nyameslam hubungan masyarakat Hindu dengan Islam.,” papar beliau.
Tari Baris Tunggal dan Wirayuda yang dimainkan penari disemarakkan te-tabuhan gamelan khas Bali yang gemerincing cukup menarik perhatian.  Hingga standing applous pun membahana dalam ruang Saraswati Hotel Santhi Denpasar Bali. Dilanjutkan dengan pemukulan gong  tanda dimulainya musyawarah FLP ke 3. (F01)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar