Cita dan
Cinta kepada pasangan serta Tanah air
Pemeran : Reza ramadhan
Bunga Citra Lestari
Produksi : MD Picture
Sutradara : Hanung Bramantyo
Durasi : 118 menit
Tanggal : 20 -12 -2012
“Kamu
jelek, hitam. Kayak gula Jawa,” Ucap habibi remaja kepada seorang temannya
perempuannya. Demikian pembukaan film
romantic yang pernah hadir di belantika perfilman Indonesia. Film yang mengangkat kisah perjuangan hidup
seorang jenius yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, sekaliber Enstain. Pemuda
yang bercita-cita menyetarakan bangsanya dengan negara lain dalam bidang
transportasi, khusunya pesawat terang. Bahkan karya pemuda ini diakui oleh
professor pembimbingnya. Walau demikian, pemuda tersebut tidak pernah lupa dengan
tanah airnya, tanah tumpah darahnya.
Meskipun diakhir perjuangan mememukan tantangan untuk mewujudkan
keinginan menyatukan kepulauan Indonesia menggunakan transportasi udara. Dia
adalah Baharuddin Jusuf Habibi.
“Saya
belum tentu menjadi istri yang baik, namun saya berusaha mendampingimu hingga
akhir hayatku,..” Ujar Ainun ketika habibi mengutarakan keinginanannya meminang
perempuan gula jawa tersebut.
“Bersediakah kamu menemaniku ke Jerman? Tapi
saya janji kita akan pulang dan membuat pesawat untuk bangsa kita” janji habibi
mantap.
Mungkin
kalimat ini terdengar klise, enteng dan gombal.
Tetapi inilah semangat dan
cita-cita habibi kepada pasangannya.
Juga cintanya kepada bangsannya.
Film
ini tidak hanya sekedar tontonan layaknya karya anak bangsa lainnya, melainkan
terdapat pelajaran, terhadap remaja, pemuda
Indonesia untuk cinta tanah air dan berusaha berbuat sesuatu untuk
Negara. Seperti pernyataan presiden JF
Kenendy, janganlah berharap apa yang akan diberikan bangsa kepada dirimu, tetapi
apa sumbangsih dirimu kepada bangsamu.”
Selain
itu film ini sarat makna romantic, utamanya para pasangan suami istri untuk
senantiasa memupuk cinta dan kasih sayang dalam ikatan sakral pernikahan yang
telah diikrarkan bersama. Sesuatu yang kecil senantiasa diredam agar tidak
menjadi boomerang kepada kehidupan.
Ini
juga yang diperlihatkan oleh Ainun, tatkala Habibi tengah di puncak karier,
sehingga godaan, isu suap, bingkisan gratifikasi dari sejumlah pihak yang ingin
bermain ‘kotor’ dengan beliau, maka sosok Ainun menguatkan. Perhatian dan cinta
kasih Ainun tak tergantikan. Meskipun Ainun pada akhirnya harus berjuang
melawan kanker ovarium.
Film
Habibi dan Ainun yang diangkat dari buku yang berjudul sama. Buku yang dirilis ini berjudul “Habibie dan
Ainun” yang berisi perjalanan hidup dan kisah cinta Pak Habibie sama Ibu Ainun,
sang istri. Buku ini sebenarnya merupakan curhatan Pak Habibie sepeninggal Ibu Ainun.
Pak Habibie yang merasa sangat dekat dengan Bu Ainun merasa benar-benar jatuh
ketika Bu Ainun Meninggal. Beliau merasa separuh jiwanya hilang, tak lagi
lengkap. Beliau sempet merasa hampir gila. Maka buku ini menjadi terapi yang
bisa membuat Pak Habibie bangkit, menjadi normal.
Tayangan
perdana film ini serentak di Indonesia pada tanggal 20 desember 2012. Moment
ini terasa tepat dikarenakan pemberitaan dari negeri Malaysia yang tengah
menyoroti sosok habibi. Menyebar efek
negative terhadap sosok mantan presiden Indonesia. Meskipun Habibi tidak
terpancing dengan pemberitaan tersebut. Sehingga film ini seakan ingin
memberikan pencerahaan terhadap pemberitaan tersebut.
Namun
terlepas dari semua itu, film ini layak ditonton oleh masyarakat Indonesia.
Dikarenakan keberhasilan Reza Ramadhan memerankan karakter habibi secara
totalitas, melalui cara Pak Habibi berbicara, cara berjalan, tatapan mata
beliau. Demikian juga BCL yang
memerankan Ainun, yang kalem, perhatian dan tenang dalam bersikap menampilkan
sosok ke-jawa-an.
Untuk
itu film ini menjadi film romantic di penutup tahun 2012. Maka demi
mengapresiasi karya anak bangsa, yang menampilkan sosok cerdas, berdedikasi. Tentunya film ini syarat akan cita, cinta
kepada pasangan dan tanah air. (fajar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar