Era
globalisasi terus mengalami perubahan seiring penemuan teknologi yang berkembang
sekaligus menawarkan memudahkan seseorang memeroleh informasi yang cepat dan
akurat. Perubahan paling signifikan adalah sector komunikasi dan media cetak.
Umumnya media massa (Koran, majalah dan
sejenisnya) dalam bentuk lembaran, kini dengan kemajuan teknologi maka era
digitalisasi telah merambah ke media cetak.
Dengan diperkenalkan buku elektornik (e-book) dan Majalah digital
(e-magezine) yang diakses menggunakan faailitias internet. Sehingga dengan mudah dan cepat, pembaca
dapat langsung mengakses tanpa direpotan dengan lembaran demi lembaran. Kemudahan, kecepatan dan fleksibilitas yang
ditawarkan oleh media digital perlahan namun pasti memengaruhi pada dunia
percetakan. Demikian yang disampaikan
Setiawati Intan Savitri selaku ketua FLP Pusat pada saat Pembukaan MUNAS
Ke-3 yang dirangkaikan dengan Seminar
Umum yang bertajuk “Quo Vadis Penulis
Indonesia di Era Digital”
Lebih
lanjut intan mengatakan Musyawarah nasional
merupakan pertemuan yang menghasilkan keputusan produktif untuk
organisasi penuis, pembaca dan aktivis literasi. “Dengan mengampanyekan budaya membaca dan
menulis serta menyemarakkan pembukuan di Indonesia. Kini tercatat 2000 anggota
FLP yang tersebar di seluruh Indonesia. Kuantitas ini harus dibarengi dengan kualitas menulis dan
berkarya”, ujar Intan Savitri. FLP juga
mendorong, peserta didik, remaja, kaum perempuan dan kaum dhuafa untuk
mencintai membaca dan menulis, karena keduanya merupakan saudara kembar yang
tak terpisahkan. Dan menulis Selain itu membaca dan menulis merupakan
jendela dunia serta Pintu peradaban.
Forum
lingkar Pena adalah organisasi kepenulisan yang didirikan di Jakarta 1998 oleh
Helvy Tiana Rosa, Maimoon Herawati dan Asma Nadia serta beberapa rekan dari
Universitas Indonesia yang peduli terhadap minimnya literasi yang dihasilkan
oleh Bangsa Indonesia. Maka sejak saat
itu Forum lingkar Pena terbentuk dengan melahirkan karya-karya fenomenal. Helvy Tiana Rosa (HTR) didaulat sebagai Ketua
FLP Pusat.
Kalimantan
Timur merupakan wilayah pertama yang bergabung dalam FLP, yakni sejak tahun
1998. Berpusat di Bontang, Muthi Masfuah
berupaya melahirkan penulis-penulis muda di luar Pulau Jawa. Maka pada tahun 2002, Antalogi Tarian Sang
Hudoq merupakan bukti keseriusan FLP Wilayah Kalimantan Timur memberikan
sumbangsih literasi untuk Indonesia.
Munas
FLP pertama diadakan di Kota Jogjakarta, kala itu M. Irfan Hidayatullah
mendapat mandat menggawangi Ketua Umum FLP menggantikan HTR. Dilanjutkan di Kota Surakarta, Setiawati Intan
Savitri menggantikan ketua umum sebelumnya. Tahun 2013, Kembali Forum Lingkar
Pena megeliatkan Munas ketiga yang
berlangsung di Kota Denpasar.
Dalam Munas kali ini, pesertanya merupakan delegasi dari 31 Wilayah se-Indonesia
termasuk pengurus-pengurus cabang pun diundang. Delegasi FLP Hongkong dan Saudi
Arabia dalam perhelatan akbar ini.
Munas
ke-3 menghadirkan pendiri FLP, Maimoon Herawati dan Dewan Penasehat antara
lain;, Gol A Gong, Habiburrahman El Shirazy, Muthi Masfuah. Turut hadir staf KEMENINFO, M. Mabrury dan
Perwakilan Gubernur Bali adalah Ida Bagus putu Kuswara.
Dalam
sambutan Gubernur Bali mengucapkan selamat datang para peserta FLP ke Pulau
dewata ini, sekaligus menikmati eksotiknya panorama di sunset di kuta Beach.
“Bahwa dahulu raja-raja Bali memberikan lahan kepada kaum muslim untuk
mendirikan mesjid. Sehingga melahirkan Nyameslam hubungan masyarakat Hindu
dengan Islam.,” papar beliau.
Tari
Baris Tunggal dan Wirayuda yang dimainkan penari disemarakkan te-tabuhan
gamelan khas Bali yang gemerincing cukup menarik perhatian. Hingga standing
applous pun membahana dalam ruang Saraswati Hotel Santhi Denpasar Bali. Dilanjutkan
dengan pemukulan gong tanda dimulainya
musyawarah FLP ke 3. (F01)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar